SyarahKitab Safinah Complete translation. Syarah Kitab Safinah Complete translation. google_logo Play Fasal Tujuh Belas Cara menyucikan najis-najis 18. Fasal Delapan Belas Tentang Haid Fasal Empat Niat itu ada tiga derajat 5. Fasal Lima Syarat takbirotul ihrom 6. Fasal Enam Syarat-syarat sah membaca surat al-Fatihah 7. Fasal Tujuh
KitabSafinah An Najah adalah sebuah kitab salaf (klasik) atau yang di lingkungan pengajian-pengajian khususnya di dunia pesantren yang ada di Indonesia lebih dikenal dengan Kitab Kuning, adalah sebuah kitab yang membahas mengenai dasar-dasar ilmu Fiqh tentang tata cara beribadah sehari-hari. adalah sebuah kitab yang membahas mengenai dasar
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd. Fasal 6 Fardhu Wudhu فصل فروض الوضوء ستة الأولالنية ، الثاني غسل الوجه ، الثالث غسل اليدين مع المرفقين ، الرابع مسح شيء من الرأس ، الخامس غسل الرجلين مع الكعبين ، السادس الترتيب . Furuudh Al-Wudhuui Sittatun Al-Awwalu Anniyyatu , Ats-Tsaani Ghoslu Al-Wajhi , Ats-Tsaalitsu Ghoslu Al-Yadaini Ma’a Al-Mirfaqoini , Ar-Roobi’u Mashu Syaiin Min Ar-Ro’si , Al-Khoomisu Ghoslu Ar-Rijlaini Ilaa Al-Ka’baini , As-Saadisu At-Tartiibu . Cara membaca/memaknai dalam bahasa Jawa FASLUN “utawi Kila fasal” FURUUDUL WUDUI “utawi piro-piro fardu ne wudu” Iku SITTATUN “ana nenem” AL AWALU “utawi kang dingin iku” ANNIATU “niat” ATSANI “utawi kang kaping pindo ne” Iku GHOSLULWAJHI “mbasuh rai” ATSALITSU “utawi kang kaping telu ne” iku GHOSLULYADAINI “mbasuh tangan loro” MA’ALMIRFAQOINI “serta sikut loro” ARROBI’U “utawi kang kaping papat e” iku MASHU SYAI’IN “ngusap sewiji-wiji” MIN ARRO’ SI “saking endas” AL KHOMISU “utawi kang kaping lima ne” iku GHOSLURRIJALAINI “mbasuh sikil loro” MA’AL KA’ BAINI “serta kekiong loro” ASSAADISU “utawi kang kaping nenem e” iku ATTARTIBU “urut-urut.” Makna dalam bahasa Indonesia Fardhu-fardhu Wudhu yaitu 6 Yang pertama Niat , yang kedua membasuh wajah , yang ketiga membasuh 2 tangan beserta 2 sikut , yang keempat menyapu sebagian dari kepala , yang kelima membasuh 2 kaki sampai 2 mata kaki , yang keenam tertib Keterangan Rukun wudhu ada enam, yaitu 1. NiatDisetiap ibadah, kita diharuskan memulai dengan niat, begitu pula wudhu, wudhu’ juga harus dimulai dengan niat. Sebagaimana sabda Nabi yang mulia, Muhammad shallallahu alaihi was sallam, لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ » “Tidak diterima sholat orang yang berhadats sampai ia berwudhu”.[ HR. Bukhori no. 135, Muslim no. 225 ] “Sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat” HR Bukhari dan Muslim Al-Mawardi mendifinisikan niat dengan qasdu syai’in muqtarinan bifi’lihi. Yaitu menyengaja sesuatu berbarengan dengan pelaksanaannya. Oleh karena itu ber-niat dalam wudhu harus dibarengkan dengan pelaksanaannya yaitu ketika membasuh muka. Karena membasuh muka merupakan hal pertama yang dilakukan dalam berwudhu. Seperti halnya niat sholat yang harus berbarengan dengan pengucapan takbiratul ihram Allahu Akbar. Demikian juga dalam juga Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada kita dalam KitabNya, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki”. QS Al Maidah [5] 6. Dan sebagaimana lazim niat wudhu’ orang-orang islam diseluruh dunia, inilah bacaan niat ketika hendak memulai wudhu’ نويت الوضوء لرفع الحدث الأصغر لله تعالى 2. Membasuh WajahFardhu yang kedua adalah membasuh wajah, adapun wajah mempunyai batasan, yaitu dari pangkal kening hingga ujung dagu, dan diantara 2 anak telinga. Maka batasan itu harus terkena air saat kita membasuh wajah kita. Membasuh muka seluruhnya dari batas rambut sampai ke dagu dan dari batas telinga kanan sampai ke telinga kiri. Allah berfirman ”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,” al-Maidah,6 Jika seseorang memiliki jenggot yang tebal maka cukup membasuh luarnya saja, sesuai dengan hadist Rasulullah saw bahwa beliau berwudhu maka beliau mengambil seciduk air lalu membasuh mukanya HR Bukhari. Satu cidukan air tidak cukup untuk membasuh dagu karena tebalnya jenggot beliau yang mulia. 3. Membasuh tangan hingga yang ketiga adalah membasuh kedua tangan kita dimulai dari ujung jari sampai ujung siku, atau sebaliknya tidak masalah, yang terpenting adalah tidak ada sesuatu apapun yang menghalangi air masuk ke kulit. 4. mengusap sebagian yang ke empat adalah mengusapkan air kekepala, diperbolehkan hanya mengusap Rambut, asalkan rambut Ɣƍ diusap tidak melebih dari bagian kepala, seperti ujung rambut panjang pada wanita. Allah berfirman “dan sapulah kepalamu”. Al-Madinah, 6 Sesuai dengan hadist Rasulallah saw ”bahwa Rasulallah saw berwudhu;lalu mengusap jambul dan atas serbannya” 5. membasuh kaki hingga mata selanjutnya adalah kaki, diwajibkan mengalirkan air dari ujung jari kaki sampai mata kaki atau sebaliknya. Allah berfirman “dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki”. al-Maidah,6 6. tertibDan yang terakhir adalah melakukan 5 fardhu-fardhu diatas dgn tertib, tertib disini adalah melakukan fardhu dgn fadhu yang lain secara berurutan. Tertib artinya teratur seperti membasuh muka dahulu baru tangan, tidak boleh sebaliknya sesuai dengan yang diajarkan Allah dalam ayat tersebut di atas dan hadist Rasulallah saw bahwa beliau tidak berwudhu’ kecuali dengan tertib Maka, jika telah melakukan fardhu-fardhu yang disebutkan diatas, maka sah lah wudhu kita, dan kita boleh melakukan sholat, memegang Al-Quran, atau ibadah-ibadah lain yang diharuskan atau disunnahkan berwudhu sebelumnya. Adapun berkumur-kumur, membasuh hidung, dan lainnya adalah hal sunnah, akan tetapi alangkah baiknya kita melakukan sunnah-sunnahnya, sehingga wudhu kita pun menjadi sempurna. **Diantara sunnah-sunnah wudhu adalah 1. Memakai siwak atau mengosok gigi sebeulm berwudhu. Rasulallah saw mengajarkan umatnya dengan sabdanya “Seandainya aku tidak khawatir akan memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka bersiwak setiap kali akan shalat.” HR Bukhari Muslim. Sunah ini dilakukan kapan waktu ingin berwudhu kecuali di bulan puasa hukumnya makruh menggunakan siwak setelah waktu dhuhur. Rasulallah saw bersabda “Bau mulut orang yang berpuasa bagi Allah lebih wangi dari pada wangi misik” HR Bukhari Muslim 2. Membaca bismillah, dimulai dari pertama mencuci kedua telapak tangan. Sesuai dengan sabda Rasulallah saw “berwudhulah kamu dengan bismillah – dengan nama Allah.” HR al-Baihaqi dengan isnad jayyid 3. Mencuci kedua telapak tangan. Ustman dan Ali ra menyipatkan wudhu Rasulallah saw bahwa beliau mencuci tangan tiga kali HR Bukhari Muslim 4. Berkumur tiga kali 5. Memasukan air ke hidung dan mengeluarkanya. Sesuai dengan sabda Rasulallah saw “Tidaklah seorang diantara kalian mendekati air wudhunya, lalu dia berkumur, memasukkan air kedalam hidung dan membuangnya, kecuali keluar dosa-dosanya dari rongga hidungnya bersama sama air” HR Muslim 6- Mengusap seluruh kepala dari depan ke belakang Sesuai dengan wudhu Rasulallah saw yang disipatkan oleh Abdullah bin Zeid ra “maka beliau mengusap kepalanya dengan kedua tanganya dari depan ke belakang dan dari belakan ke depan” HR Bukhari Muslim 7. Mengusap kedua telinga luar dan dalamnya dengan air baru. Sesuai dengan wudhu Rasulallah saw ”sesungguhnya beliau mengusap kepalanya dan kedua telinganya luar dan dalam lalu memasukan kedua jari telunjuknya kedalam lubang lubang telinganya HR Abu Dawud dan an-Nasai’ – hadist hasan 8. Membasuh jenggot yang tebal atau memasukan air wudhu ke dalam selah-selah jenggot dengan jari jari tangan. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan Rasulallah saw ketika berwudhu, ”beliau membasuh jenggotnya dengan jari jari tangan” HR at-Tirmidzi 9. Mecuci selah-selah tangan dan kaki. Pernah Rasulallah saw bersabda kepada al-Qaith bin Shabrah “Sempurnahkanlah wudhu’ dan cucilah selah-selah jari-jari” HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi dengan isnad shahih 10. Mendahulukan yang kanan sebelum yang kiri. Ada sebuah hadist yang diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata ”Sesungguhnya Rasulallah saw menyukai yang kanan dalam segala urusanya, dalam berwudhu, dalam berjalan dan dalam memakai sandalnya” HR Bukhari Muslim 11. Membasuh dan mengusap semua anggota wudhu tiga kali-tiga kali Sesuai dengan hadist yang diriwayatkan dari Ustman bin Affan ra, ia berkata ”sesungguhnya Rasulallah saw berwudhu tiga kali-tiga kali.” HR Muslim 12. Melebihi pengusapan kepala, begitu pula kedua tangan sampai ke atas siku dan kaki sampai di atas mata kaki. Rasulallah saw berwasiat kepada umatnya dengan sabdanya ”Akan datang umatku mereka memiliki cahaya putih di muka, cahaya putih di tangan dan cahaya putih di kaki pada hari kiamat karena penyempurnaan wudhu. Maka barang siapa di antara kalian yang mampu, hendaklah ia memanjangkan cahaya putih tersebut” HR Bukhari Muslim 13. Membaca do’a setelah selesai wudhu. Do’anya أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ ”Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertobat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersuci. Maha Suci Engkau ya Allah, aku memuji kepadaMu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku minta ampun dan bertobat kepadaMu” Rasulallah saw bersabda “barang siapa berwudhu lalu berkata أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ”Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya”, dibukakan baginya delapan pintu pintu surga dan masuk ke dalam pintu yang ia sukai HR Muslim. Begitu pula dalam hadist yang lain “Barang siapa bewudhu’ dan setelah selesai dari wudhunya ia berkata أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ ”saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertobat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersuci”,dibukakan baginya pintu pintu surga dan masuk ke dalam pintu yang ia sukai HR at-Tirmidzi, al-Bazzar dan at-Thabrani Dalam hadist lainnya Rasulallah saw bersabda “Barangsiapa berwudu lalu berdo’a سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ “Maha suci Engkau Ya Allah, segala pujian untuk-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau, aku senantiasa memohon ampun dan bertaubat pada-Mu”, maka akan dicatat baginya di kertas dan dicetak sehingga tidak akan rusak hingga hari kiamat.” HR an-Nasai’, al-Hakim dalam al-Mustadrak Dari Humran ra bahwa Utsman ra meminta dibawakan seember air, kemudian beliau mencuci kedua tapak tangannya tiga kali, kemudian berkumur-kumur, kemudian memasukkan air ke hidung, kemudian mengeluarkannya. Lalu beliau membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh tangannya yang kanan hingga siku tiga kali, kemudian tangan yang kiri demikian juga, kemudian mengusap kepalanya, kemudian mencuci kaki kanannya hingga mata kaki tiga kali, kemudian kaki kiri sedemikian juga, kemudian beliau berkata, “Aku telah melihat Rasulullah SAW berwudhu sebagaimana wudhu’-ku ini. HR Muttafaq alaihi Hadits ini menjelaskan tata urutan wudhu’ Utsman bin Affan yang kemudian dikatakan bahwa begitulah Rasulullah SAW bila berwudhu’. Namun hadits ini tidak merinci mana yang merupakan rukun, wajib dan sunnnah wudhu’. Batas membasuh tangan saat wudhu adalah hingga siku, dengan lafadz “ila” yang bermakna bahw siku ikut juga dibasuh. Ini berbeda dengan batas aurat laki-laki yang antara pusat dan lutut, sehingga lutut dan pusatnya sendiri bukan termasuk aurat. Hadits ini juga menjelaskan bahwa sunnah membasuh tangan dan kaki tiga kali, dengan cara tangan atau kaki kanan dibasuh tiga kali lebih dulu, baru kemudian tangan atau kaki kiri dibasuh tiga kali setelahnya. Kalau kita buka kitab-kitab fiqih, kita akan dapati para ulama telah membuat batasan dan klasifikasi hukum wudhu’, mana yang hukumnya wajib dan mana yang hukumnya sunnah. 1. Wudhu’ Yang Hukumnya Fardhu/ Wajib Hukum wudhu` menjadi fardhu atau wajib manakala seseorang akan melakukan hal-hal berikut ini a. Melakukan Shalat Baik shalat wajib maupun shalat sunnah. Termasuk juga di dalamnya sujud tilawah. Dalilnya adalah ayat Al-Quran Al-Kariem berikut ini Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki… QS. Al-Maidah 6 Juga hadits Rasulullah SAW berikut ini Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidak ada shalat kecuali dengan wudhu’. Dan tidak ada wudhu’ bagi yang tidak menyebut nama Allah.HR Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah Shalat kalian tidak akan diterima tanpa kesucian berwudhu` HR Bukhari dan Muslim b. Untuk Menyentuh Mushaf Al-Quran Al-Kariem Meskipun tulisan ayat Al-Quran Al-Kariem itu hanya ditulis di atas kertas biasa atau di dinding atau ditulis di pada uang kertas. Ini merupakan pendapat jumhur ulama yang didasarkan kepada ayat Al-Quran Al-Kariem. Tidak ada yang menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci. QS. Al-Waqi`ah 79 Serta hadits Rasulullah SAW berikut ini Tidaklah menyentuh Al-Quran Al-Kariem kecuali orang yang suci.HR Ad-Daruquhtny hadits dhaif namun Ibnu Hajar mengatakan Laa ba`sa bihi c. Saat Ibadah Tawaf di Seputar Ka`bah Jumhur ulama mengatakan bahwa hukum berwudhu` untuk tawaf di ka`bah adalah fardhu. Kecuali Al-Hanafiyah. Hal itu didasari oleh hadits Rasulullah SAW yang berbunyi Dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, `Tawaf di Ka`bah itu adalah shalat, kecuali Allah telah membolehkannya untuk berbicara saat tawaf. Siapa yang mau bicara saat tawaf, maka bicaralah yang baik-baik.HR Ibnu Hibban, Al-Hakim dan Tirmizy 2. Wudhu’ Yang Hukumnya Sunnah Sedangkan yang bersifat sunnah adalah bila akan mengerjakan hal-hal berikut ini a. Mengulangi wudhu` untuk tiap shalat Hal itu didasarkan atas hadits Rasulullah SAW yang menyunnahkan setiap akan shalat untuk memperbaharui wudhu` meskipun belum batal wudhu`nya. Dalilnya adalah hadits berikut ini Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, `Seandainya tidak memberatkan ummatku, pastilah aku akan perintahkan untuk berwudhu pada tiap mau shalat. Dan wudhu itu dengan bersiwak. HR Ahmad dengan isnad yang shahih Selain itu disunnah bagi tiap muslim untuk selalu tampil dalam keadaan berwudhu` pada setiap kondisinya, bila memungkinkan. Ini bukan keharusan melainkah sunnah yang baik untuk diamalkan. Dari Tsauban bahwa Rasulullah SAW bersabda, `Tidaklah menjaga wudhu` kecuali orang yang beriman`. HR Ibnu Majah, Al-Hakim, Ahmad dan Al-Baihaqi c. Ketika Akan Tidur Disunnahkan untuk berwuhu ketika akan tidur, sehingga seorang muslim tidur dalam keadaan suci. Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW Dari Al-Barra` bin Azib bahwa Rasulullah SAW bersabda, `Bila kamu naik ranjang untuk tidur, maka berwudhu`lah sebagaimana kamu berwudhu` untuk shalat. Dan tidurlah dengan posisi di atas sisi kananmu.. HR Bukhari dan Tirmizy. d. Sebelum Mandi Janabah Sebelum mandi janabat disunnahkan untuk berwudhu` terlebih dahulu. Demikian juga disunnahkan berwudhu` bila seorang yang dalam keaaan junub mau makan, minum, tidur atau mengulangi berjimak lagi. Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bila dalam keadaan junub dan ingin makan atau tidur, beliau berwudhu` terlebih dahulu. HR Ahmad dan Muslim Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bila ingin tidur dalam keadaan junub, beliau mencuci kemaluannya dan berwudhu` terlebih dahulu seperti wudhu` untuk shalat. HR Jamaah Dan dasar tentang sunnahnya berwuhdu bagi suami isteri yang ingin mengulangi hubungan seksual adalah hadits berikut ini Dari Abi Said al-Khudhri bahwa Rasulullah SAW bersabda, `Bila kamu berhubungan seksual dengan isterimu dan ingin mengulanginya lagi, maka hendaklah berwuhdu terlebih dahulu.HR Jamaah kecuali Bukhari e. Ketika Marah Untuk meredakan marah, ada dalil perintah dari Rasulullah SAW untuk meredakannya dengan membasuh muka dan berwudhu`. Bila kamu marah, hendaklah kamu berwudhu`. HR Ahmad dalam musnadnya f. Ketika Membaca Al-Quran Hukum berwudhu ketika membaca Al-Quran Al-Kariem adalah sunnah, bukan wajib. Berbeda dengan menyentuh mushaf menurut jumhur. Demikian juga hukumnya sunnah bila akan membaca hadits Rasulullah SAW serta membaca kitab-kitab syariah. Diriwayatkan bahwa Imam Malik ketika mengimla`kan pelajaran hadits kepada murid-muridnya, beliau selalu berwudhu` terlebih dahulu sebagai takzim kepada hadits Rasulullah SAW. g. Ketika Melantunkan Azan, Iqamat Disunnahkan untuk berwudhu’ pada saat seorang muadzdzin melantunkan adzan dan iqamat untuk memanggil orang melakukan shalat. h. Ziarah Ke Makam Nabi SAW Dr. Wahbah Az-Zuhaili, seorang ulama kontemporer dari Syiria menyatakan dalam kitabnya bahwa kita disunnahkan untuk berwudhu’ manakala kita datang berziarah ke makam nabi Muhammad SAW di dalam masjid nabawi. i. Menyentuh Kitab-kitab Syar`iyah Beliau juga mengatakan bahwa berwudhu’ disunnahkan manakala memegang atau membaca kitab-kitab syariah. Seperti kitab tafsir, hadits, aqidah, fiqih dan lainnya. Namun bila di dalamnya lebih dominan ayat Al-Quran Al-Kariem, maka hukumnya menjadi wajib. lihat Al-Fiqhul Islami wa adillatuhu oleh Dr. Wahbah Az-Zuhaili jilid 1 hal 362. Demikian sekilas tentang momen-momen yang dianjurkan kepada kita untuk berwudhu’ di dalamnya. Semoga kita bisa mengamalkannya untuk menambah banyak pahala di akhirat nanti. Wallahu a’lam bishshawab,
Ilustrasi laki-laki yang sedang membaca kitab kuning safinah. kuning merupakan kitab yang menggunakan bahasa Arab yang ditulis oleh ulama-ulama klasik tanpa adanya harakat fatah, kasrah, dhammah, sukun dan sebagainya. Kitab ini banyak digunakan di lingkungan pondok pesantren di Indonesia dan membutuhkan pengetahuan dan ilmu yang tinggi untuk buku berjudul Pesantren Multikultural, Achmad Yusuf 2021 20 dinamakan kitab kuning karena kertas yang digunakan untuk menulis kirab tersebut berwarna kuning. Dalam kitab kuning memuat pengetahuan tentang nahwu dan saraf morfologi, fikih, usul fiqh, hadits, tafsir, tauhid tasawuf, etika dan cabang-cabang lain seperti tarik dan kitab kuning sangatlah sulit. Untuk itu, terdapat tingkatan untuk mepermudah dalam belajar kitab kuning. Secara umum terdapat tiga tingkatan dalam mempelajari kitab kuning, yaitu tingkat dasar, menengah dan lanjut. Para pemula dianjurkan mempelajari kitab kuning dengan tingkatan dasar terlebih dahulu. Salah satunya kitab kuning Kuning Safinah yang Dipelajari di PesantrenIlustrasi laki-laki yang sedang belajar kitab kuning. buku berjudul 33 Kitab Paling Berpengaruh di Pesantren oleh Tim Redaksi Majalah Tebuireng 2021 23 kitab kuning safinah yang bernama lengkap Safinah al-Najah fi Ma Yajibu Ala Abdi li Maulah merupakan salah satu kitab fiqih mazhab Syafi’i yang banyak dikaji di pesantren. Kitab safinah berasal dari kata safinah’ memiliki arti perahu dan al-Najah’ berarti kuning safinah dibuat oleh Syekh Salim bin Abdullah yang terlahir di daerah Dzi Asybah, Hadramaut, Yaman. Beliau lahir dari keturunan ulama. Kitab ini berisikan tentang1. Pembahasan Thaharah Bersuci dari hadastBab thaharah memuat tanda-tanda baligh, rukun, syarat dan pembatal wudhu. Selain itu juga membahas rukun mandi janabah, pembagian air, tayamum, najis dan shalat memuat tentang syarah sahnya shalat, rukun shalat, niat dalam shalat, syarat tabiratuh ihram, syarat Al-Fatihah, syarat-syarat sujud, anggota sujud, pembatalan shalat, waktu-waktu dalam menunaikan sholat, waktu dilarang untuk melaksanakan sholat, jamak, qasar, shalat Jumat dan jenazah memuat secara rinci terkait pengurusan jenazah, yang berisikan tentang cara memandikan, mengkafani, mensholati dan menguburkan zakat menjelaskan harta-harta yang diwajibkan untuk dikeluarkan umat muslim untuk puasa menyebutkan tentang syarat sah dan syarat wajib puasa, rukun puasa, qadha dan kaffarah puasa dan pembatal kuning safinah merupakan kitab yang tepat dipelajari oleh para pemula yang dengan mempelajari kitab kuning, karena menggunakan bahasa yang tidak terlalu kompleks dan memuat pembahasan-pembahasan umum tentang agama islam. MZM
فصل شروط الفاتحة عشرة الترتيب، والموالاة، ومراعاة حروفھا، ومراعاة تشديداتھا، وأن لا يسكت سكتة طويلة، ولا قصيرة يقصد قطع القراءة، وقراءة كل آياتھا ومنھا البسملة، وعدم اللحن المخل بالمعنى، وأن تكون حالة القيام في الفرض، وأن يسمع نفسة القراءة، وأن لا يتخللھا ذكر أجنبي Syuruuthul Faatihati Asyarotun Attartiibu, Wal-Muwaalatu, Wamuroo’atu Huruufihaa, Wamuroo’atu Tasydiidaatihaa, Wa An Laa Yaskuta Saktatan Thowiilatan Walaa Qoshiirotan Yaqshidu Bihaa Qoth’al Qirooati, Wa’adamullahnil Mukhilla Bilma’naa, Wa An Takuuna Haalatal Qiyaami Fil Fardhi, Wa An Yusmi’a Nafsahul Qirooata, Wa An Laa Yatakhollalahaa Dzikrun Ajnabiyyun. Baca Juga – Fasal 23 Syarat Sholat, Hadats dan Aurat Kitab Safinah – Fasal 22 Udzur Sholat Kitab Safinah – Doa Sebelum Makan dan Sesudah Makan, Arab, Latin dan Artinya – Doa Panjang Umur, Sehat, Murah Rezeki dan Husnul Khotimah Fasal 27 Syarat Membaca Al-Fatihah Dalam Sholat ada 10 perkara Tertib Terus-menerus berurutan Menjaga huruf-hurufnya Menjaga tasydid-tasydidnya Diantara ayat-ayat Al-Fatihah tidak boleh berhenti lama atau sebentar dengan maksud memotong bacaan Membaca semua ayat Al-Fatihah termasuk basmalah termasuk ayat Al-Fatihah Tidak boleh ada bacaan yang salah, yang dapat merusak/merubah makna Al-Fatihah Dibaca ketika berdiri pada Sholat Fardhu Seluruh bacaan Al-Fatihah harus terdengar oleh Mushalli sendiri Diantara ayat-ayat Al-Fatihah tidak boleh diselingi dzikir atau hal lainnya.
Baca Kitab Safinah Baca Kitab Safinah merupakan aplikasi pembelajaran bahasa Arab yang akan membantu para pembelajar bahasa Arab membiasakan diri membaca teks berbahasa Arab. Aplikasi ini berisi materi Fiqh dasar madzhab Syafi’i dari kitab Safinatun Najah karya Syaikh Salim Sumair Al-Hadhramiy yang banyak dipelajari di Indonesia. Dengan fitur tulisan arab gundul dan berharakat yang mudah untuk diubah serta fitur terjemah akan memudahkan para pembelajar bahasa Arab untuk dapat membaca dan memahami tulisan bahasa Arab dalam aplikasi ini. Download Bergabung di grup telegram 🏡Akhoon Edumedia
cara membaca kitab safinah